Paes Ageng Gaya Yogyakarta merupakan salah satu gaya rias tradisional di Jawa. Sampai  masa pemerintahan Sultan Sultan HB VIII, paes ageng ini hanya boleh dikenakan oleh kerabat raja. Baru pada masa pemerintahan raja berikutnya, Sultan HB IX (1940), mengijinkan masyarakat umum memakai busana ini dalam upacara pernikahan. Sampai saat ini, Busana Paes Ageng masih terus digunakan dalam upacara pernikahan di kalangan masyarakat Jawa, terutama pada kalangan masyarakat menengah ke atas. Hal ini dikarenakan biaya yang diperlukan cukup besar, baik dalam urusan busana maupun perlengkapannya.


Pemakaian busana paes ageng sangat rumit, memerlukan ketekunan dan ketelitian yang didalamnya terkandung kesakralan  maupun makna filosofi dalam setiap detail rias wajah, busana, dan asesorinya. Untuk itu segala sesuatu yang berhubungan dengan paes dipercayakan pada seorang juru rias paes pengantin. Baik perias maupun pengantin putri yang dirias wajib berpuasa sebelum menjalankan acara. Tujuan utamanya adalah mengendapkan perasaan untuk membersihkan jiwa dan menguatkan batin agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan terhindar dari malapetaka. Masyarakat Jawa percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru rias akan menjadikan pengantin yang diriasnya cantik molek dan bersinar.


Sejak zaman raja-raja Mataram, pengantin putri selalu menjadi pusat pandang karena setiap detail yang dipakainya mengandung makna filosofi yang sangat agung dan tidak semua orang mengetahuinya.

Tata rias yogya Paes ageng merupakan salah satu cara merias pengantin yang mirip dengan gaya solo putri umumnya bercorak warna hitam. Gaya ini mengharuskan sang mempelai pengantin wanita memakai atribut tata rias berwarna hitam di bagian dahi dengan warna emas di bagian pinggirnya. Sedangkan bagian rambut pengantin umumnya disanggul dengan Gaya Gajah Ngolig atau gaya rambut yang membiarkan menjumtai dengan sangat indah kemudian hiasi dengan sumping dan beberapa aksesoris lainnya.

Ciri khas dari tata rias Paes Ageng Yogyakarta ini terlihat dari warna hitam yang ada pada dirinya atau yang sering disebut sebagai PAES. Makna Paes merupakan sebuah simbol kecantikan wanita jawa yang sangat dipercaya mampu menjauhkan dari Hal Buruk yang mungkin mengancam keselamatan jiwa sang pengantin wanita. ini juga merupakan sebuah tanda kedewasaan seorang wanita jawa. Umumnya riasan warna hitam atau PAES ini memiliki 4 Simbol Yang Berbeda Nama Yaitu Penitis, Godeg, Gajahan Dan Pengapit. Masing masing memiliki Makna Filosofi Yang tinggi.

*Foto diatas adalah contoh paes ageng modifikasi dengan gaya modern saat pernikahan Dwika Rastrasila & Lutvia Rosa Liana di Lempong Sari Kecamatan Kaliwiro Wonosobo Jawa Tengah

artikel ; jenis rias pengantin jawa 

Untuk info lebih lanjut langsung saja hubungi Liana Salon Wonosobo (Kaliwiro) di KLIK


Sumber : KisahKamu & SekarPaes


Leave a Reply